Perubahan iklim hingga alih fungsi penggunaan bahan pangan telah banyak dikaji. McMahon maupun McMichael misalnya menyebutkan bahwa saat ini bahan pangan yang sebelumnya menjadi bahan makanan justru beralih untuk kebutuhan peternakan dan bahan bakar. Artinya, kebutuhan pangan di tengah perubahan iklim saat ini bukan hanya perlu dilihat dari soal bagaimana memenuhi kebutuhan makan manusia tetapi juga untuk bahan bakar dan pakan ternak.
Melihat persoalan lingkungan dan peternakan ini, Caroprese, Albenzio, dan Sevi berupaya menghadirkan argumentasi tentang keberlanjutan produksi peternakan kambing dan domba dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ada tiga poin yang dibahas oleh mereka yaitu: (1) kelestarian lingkungan dalam sistem produksi kambing dan domba; (2) hubungan manusia-ternak dan kesejahteraan ternak; dan (3) perspektif ekonomi dalam peternakan kambing dan domba berkelanjutan. Mari kita bahas satu-satu.
Pertama, kelestarian lingkungan dalam sistem produksi kambing dan domba. Hewan ruminansia seperti kambing dan domba menghasilkan metana yang cukup besar dalam kotorannya. Oleh karena itu, untuk mengendalikan polusi dari peternakan juga bergantung pada pemilihan bentuk kendang. Kandang dengan ventilasi yang kecil justru dapat menyebabkan kelembaban pada kandang. Sementara kandang dengan ventilasi yang sangat besar justru akan berpotensi pada konsentrasi debu yang tinggi di udara. Dengan demikian pemilihan bentuk peternakan perlu untuk menyesuaikan hal ini. Selain itu, diperlukan pula metode pengolahan limbah organik yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada pertumbuhan ternak.
Kedua, hubungan manusia-ternak dan kesejahteraan ternak. Ini tentang bagaimana memperlakukan hewan ternak serta produksinya. Salah satu yang paling berpengaruh adalah bentuk kandang dari peternakan itu sendiri. Seperti yang disebutkan sebelumnya terkait ventilasi, serta hal tentang kepadatan ternak dalam setiap kandang. Kepadatan ini akan berpengaruh pada perkembangan serta tingkat stres dari hewan ternak.
Dalam beberapa kasus, kambing dan domba memang dipelihara dengan sistem peternakan ekstensif dan intensif. Selain itu perlakukan manusia terhadap ternak dapat saja kasar apalagi domba dan kambing yang dianggap sebagai hewan peliharaan biasa di pedesaan. Padahal, untuk dapat meningkatkan hubungan manusia dengan ternak untuk kesejahteraan ternak tersebut, justru berperan penting dalam produksi peternakan.
Ketiga, perspektif ekonomi dalam peternakan kambing dan domba berkelanjutan. Bentuk peternakan akan berpengaruh pada bagian ini. Sistem beternak ekstensif seperti penggembalaan di satu sisi akan baik pada kesejahteraan ternak tetapi di sisi lain akan rentan dengan kondisi iklim ekstrem. Sementara itu, peternakan semi-intensif justru dapat memberikan peningkatan produksi ternak dan bibitnya.
Dalam hal ini, upaya pemeliharaan dan pemenuhan kesejahteraan hewan ditingkatkan dengan pemeliharaan lingkungan kandang, dan lainnya. Selain itu, perlu juga dicatat bahwa dalam hal peningkatan pendapatan, produksi susu domba atau kambing perlu untuk ditingkatkan kebersihan dan perawatan terhadap ternak itu sendiri. Dan, tentu saja, upaya peningkatan pendapatan berpengaruh pada pilihan penjualan dari ternak.
Dari ketiga hal tersebut, Caroprese, Albenzio, dan Sevi menambahkan bahwa dalam perubahan iklim yang terjadi dan permasalahan global lainnya, peternakan kambing dan domba dapat dikembangkan secara bertahap. Peternakan kambing dan domba terbukti lebih bertahan dari perubahan iklim ekstrem dalam hal produksi, reproduksi, dan ketahanan terhadap penyakit dibandingkan sapi atau lainnya. Selain itu, peternakan kambing dan domba juga akan kurang bersaing dengan manusia dalam hal konsumsi pangan (biji-bijian), sehingga perannya akan tercapai dalam produksi yang berkelanjutan.