Saat ini, ada berbagai inovasi dalam pertanian untuk dapat bertahan di tengah dampak perubahan iklim yang semakin banyak dirasakan. Sebut saja agroekologi, pertanian organik, pemanfaatan pekarangan, dan lain sebagainya. Tapi, metode pertanian intensif dengan hanya mengandalkan satu macam jenis tanaman, serta input pestisida kimia yang semakin mahal masih lebih populer digunakan. Intensifikasi pertanian macam ini tentu saja berdampak langsung bagi produktivitas tanah, lingkungan, dan biaya produksi.
Agar sebisa mungkin menghemat biaya dalam pertanian sekaligus memperbaiki produktivitas tanah, kita sebenarnya dapat memadukan pertanian, peternakan, hingga perikanan. Limbah peternakan termasuk kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk organik yang bisa digunakan sebagai pengganti pupuk kimia. Limbah organik rumah tangga pun demikian. Sebaliknya, sisa-sisa pertanian dapat saja diolah kembali menjadi pupuk atau justru terdapat sisa tanaman yang bisa dijadikan pakan ternak. Perpaduan lain tentu saja bisa dilakukan, tergantung bagaimana mengolah apa pun yang tersedia.
Metode seperti itu disebut sebagai Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System/IFS). Sistem tersebut didasarkan pada pengelolaan air, energi, dan sistem pangan yang efektif oleh petani, dan melibatkan program daur ulang yang lengkap, dengan biaya minim dan tanpa polusi yang signifikan. Semua dilakukan dengan biaya yang rendah sambil berkontribusi pada pemulihan lingkungan dan menghasilkan produk yang beragam untuk dikonsumsi atau dijual untuk memberikan nilai tambah.
Sistem Pertanian Terpadu banyak dipahami sebagai perpaduan dua bagian terpisah tetapi saling bergantung, serta ada juga yang memahaminya sebagai sistem akuakultur yang terintegrasi dengan ternak di mana kotorannya dapat menjadi pakan ikan.
Dengan kata lain, komponen dalam Sistem Pertanian Terpadu dapat beragam yang intinya memadukan pertanian dan peternakan, perikanan dan peternakan, atau ketiganya. Sistem Pertanian Terpadu berbeda dengan agroekologi: sistem ini hanya memadukan komponen pertanian untuk dapat berproduksi secara berkelanjutan tetapi juga dapat mengikuti prinsip inti dari agroekologi itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa, Sistem Pertanian Terpadu dapat menjawab masalah saat ini: Pestisida yang harganya semakin mahal, produktivitas tanah yang semakin menurun, dan perubahan iklim yang makin terasa. Dengan sistem ini, pengurangan biaya produksi pertanian dan pemulihan tanah dapat dilakukan.
Tapi, kami ingin lebih dari itu.
Kami bukan hanya memadukan peternakan dengan pertanian tapi, juga dengan perpustakaan. Hasil ternak dapat dijual dan limbah peternakan diolah kembali menjadi pupuk untuk pertanian. Jadi, limbah tersebut dapat menjadi alternatif dari input dalam produksi pertanian. Sementara itu, perpustakaan akan menjadi tempat belajar bersama untuk mengembangkan ide-ide baru untuk pendidikan, peternakan, maupun pertanian secara berkelanjutan.
Sebagai langkah awal menuju ide besar tersebut, kami mulai membangun kandang kambing yang merupakan komponen dari peternakan. Komponen-komponen lain dalam ekosistem ini tentu saja akan perlahan-lahan kami bangun. Kami harap, sistem ini dapat menjadi motivasi bagi orang-orang lain di sekitarnya untuk dapat bergabung dan berkembang bersama.
Foto oleh Airin Party